Mimpi. Satu kata yang kadang meninaboboka orang untuk mengejarny sampai habis k ujung dunia. Dan terkadang,apapun dikorbankan untuk meraih mimpi yang ingin diraihnya itu .Salah? Tidak.
Karena saya pun pernah menjadi bagian untuk itu. Da sampai sekarang, saiia pun masih memiliki mimpi-mimpi yang mungkin tersusun sampai ke langi ke tujuh.
Fiuhhh.. rupanya batas antara mimpi dan keinginan itu tipis belaka. Ego, rasa dan emos yang ada pada diri saiia pun kadang berperang dengan akal saiia sendiri. Masing-masing saling membenarkan satu diantara dua pilihan yang ada. Tidak mau kalah, sampai saya sendiri kadan pusing dibuatnya. Alih-ali menungg jawaban muncul dari otak, saiia memilih untu bertanya lagi,“Jika sekian tahun ke depan saiia tidak mencoba untuk menggapa mimpi yang muncul di satu masa, apaka saya aka menyesal?”. Tidak!Itu jawaban spontan yang muncul dari otak saiia. Saya sadar, kadan situasi dan kondisi memang membuat kita untuk mengambi keputusan yang paling sulit dalam hidup (saat itu). Memilih di antara pilihan yang ada, dan menjalaniny dengan segala konsekuensi yang muncul dari keputusan itu pula. Toh saiia juga percaya dan yakin bahw Allah tahu apa yang terbaik bagi hambaNya, dalam kondisi sesulit apapun. Ini mungkin yang dibilang keberuntunga atau kebetulan, tapi bagi saiia bukan. Gusti Allah mboten sare dab! Nah, jika saia tidak menyesal terhadap mimpi yang tidak tercapai, kenapa saya harus repot? Bukan berarti saya harus berhenti untuk mengejar mimpi, tapi lebih menata lagi semua proses yang ada didalam upaya mengejar matahari dan bintang itu. Mengucapkan“bismillah..” yang diikuti dengan “nawaitu.. “ disetiap langkah yang ada, dan kemudian membiarkan“nawaitu..” itu membimbing saya untuk melakukan ikhtiar semaksimal mungkin sejauh yang saya bisa. Saya percaya, niat yang benar dan baik (dalam pandangan Allah) akan mendapatkan imbalan yang serupa laksana bola salju yang semakin lama semakin membesar. Dan maaf, dalam mengejar mimpi pun saya sambil mendesain masa depan.
Absurd? Saya tahu. Saiia juga sadar bahwa saya juga bukan highlander(orang gunung) yang bisa hidup ratusan tahun. Baik untuk mendapatkat jawaban atas mimpi saiia, ataupun juga untuk menikmatinya. Meski begitu, hati kecil saya sudah puas jika melihat tunas masa depan itu berjalan dalam koridor yang semestinya. Sorry All my friends.. I don’t design dreams. I design future!. Maaf Semua teman .. saya tidak desain mimpi. saya desain masa depan!
Kalo anda ^_ ^(?)
Karena saya pun pernah menjadi bagian untuk itu. Da sampai sekarang, saiia pun masih memiliki mimpi-mimpi yang mungkin tersusun sampai ke langi ke tujuh.
Fiuhhh.. rupanya batas antara mimpi dan keinginan itu tipis belaka. Ego, rasa dan emos yang ada pada diri saiia pun kadang berperang dengan akal saiia sendiri. Masing-masing saling membenarkan satu diantara dua pilihan yang ada. Tidak mau kalah, sampai saya sendiri kadan pusing dibuatnya. Alih-ali menungg jawaban muncul dari otak, saiia memilih untu bertanya lagi,“Jika sekian tahun ke depan saiia tidak mencoba untuk menggapa mimpi yang muncul di satu masa, apaka saya aka menyesal?”. Tidak!Itu jawaban spontan yang muncul dari otak saiia. Saya sadar, kadan situasi dan kondisi memang membuat kita untuk mengambi keputusan yang paling sulit dalam hidup (saat itu). Memilih di antara pilihan yang ada, dan menjalaniny dengan segala konsekuensi yang muncul dari keputusan itu pula. Toh saiia juga percaya dan yakin bahw Allah tahu apa yang terbaik bagi hambaNya, dalam kondisi sesulit apapun. Ini mungkin yang dibilang keberuntunga atau kebetulan, tapi bagi saiia bukan. Gusti Allah mboten sare dab! Nah, jika saia tidak menyesal terhadap mimpi yang tidak tercapai, kenapa saya harus repot? Bukan berarti saya harus berhenti untuk mengejar mimpi, tapi lebih menata lagi semua proses yang ada didalam upaya mengejar matahari dan bintang itu. Mengucapkan“bismillah..” yang diikuti dengan “nawaitu.. “ disetiap langkah yang ada, dan kemudian membiarkan“nawaitu..” itu membimbing saya untuk melakukan ikhtiar semaksimal mungkin sejauh yang saya bisa. Saya percaya, niat yang benar dan baik (dalam pandangan Allah) akan mendapatkan imbalan yang serupa laksana bola salju yang semakin lama semakin membesar. Dan maaf, dalam mengejar mimpi pun saya sambil mendesain masa depan.
Absurd? Saya tahu. Saiia juga sadar bahwa saya juga bukan highlander(orang gunung) yang bisa hidup ratusan tahun. Baik untuk mendapatkat jawaban atas mimpi saiia, ataupun juga untuk menikmatinya. Meski begitu, hati kecil saya sudah puas jika melihat tunas masa depan itu berjalan dalam koridor yang semestinya. Sorry All my friends.. I don’t design dreams. I design future!. Maaf Semua teman .. saya tidak desain mimpi. saya desain masa depan!
Kalo anda ^_ ^(?)